Selasa, 22 Januari 2013

Alamat Panti Pijat Tangerang

Sobat-sobat berada dalam artikel : Alamat Panti Pijat Tangerang
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah gairah dalam menghadapi kehidupan.....

Untuk sementara waktu artikel tentang :  Alamat Panti Pijat Tangerang
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...


Fatimah Gadis Seksi

Namaku Fatimah, sebagai seorang perempuan, cara hidupku sangat penuh dengan
aturan aturan adat istiadat yang membuat aku harus selalu bersikap tertutup di
depan umum. Baru ditengah keluarga aku boleh bersikap lebih terbuka dengan
bergurau dan bercanda. tetapi bagiku yang kuperlukan bukanlah bercanda hanya
dengan saudara saudaraku, tetapi aku juga butuh bercanda dengan teman yang lain
terutama yang pria. Namun semua ini hanyalah keinginanku saja, karena sampai aku
menginjak usia dewasa, aku bukannya menjadi bertambah bebas, justru aku makin
menjadi terkungkung oleh adat istiadat .

Ketika usiaku menginjak 13 tahun, aku mulai merasakan perubahan perubahan dalam
diriku, kurasakan saat itu buah dadaku mulai bertambah montok, belum lagi
ketiakku mulai ditumbuhi dengan bulu bulu halus yang membuat aku merasa malu
pada teman temanku, namun dibalik itu aku mulai merasakan adanya gejolak gejolak
aneh dari dalam diriku setiap kali aku memandang tubuhku yang telanjang di depan
kaca, rasanya aku merasakan tubuhku panas dan sepertinya dari buah dadaku yang
sudah mengembang besar itu terasa geli. Aku tak mengerti semua ini, setiap kali
aku merasakan semua ini aku hanya dapat diam saja, paling paling aku hanya
meremas sendiri buah dadaku agar tidak terasa geli, tapi semuanya tak menolong.
Sampai suatu ketika aku menjadi kaget ketika saat mandi aku melihat celana
dalamku penuh dengan darah. Aku menangis menemui ibuku dan mengatakan semua ini.
Dengan tertawa ibuku berkata bahwa sekarang aku sudah akil balig karena aku
sudah mendapat haid. Baru saat itulah aku mengerti lebih jelas tentang diriku
sebagai wanita, sehingga ketika dari kemaluanku mulai tumbuh bulu bulu keriting
yang makin lama makin memenuhi bukit nonokku, aku bukannya takut bahkan aku
menjadi bangga, Setiap pagi kuperhatikan bulu bulu itu, kucuci dengan sabun dan
kulap dengan handuk, begitu juga dengan bulu ketiakku yang makin hari makin
bertambah lebat. Semua ini berlangsung sampai usiaku menginjak 16 tahun. Pada
usia 16 tahun ini aku merasakan bahwa tubuhku sudah benar benar mekar sempurna,
badanku cukup jangkung untuk ukuran perempuan seumurku yaitu 170 cm, aku
memiliki sepasang buah dada yang sangat montok dan kencang, puting susuku
berwarna kecoklatan sangat serasi dengan kulitku yang agak kehitaman ini, begitu
juga dengan kakiku panjang sekali dan dipangkal pahaku penuh dengan kerimbunan
jembut yang hitam legam hampir mencapai ke pusarku. Semua ini seringkali membuat
aku sangat bangga dengan diriku, karena hampir semua teman putriku iri melihat
badanku yang seksi ini. Tetapi ada satu hal yang seringkali membuat aku gelisah,
karena dengan bertambah dewasanya usiaku aku makin merasakan gejolak birahiku
makin menggebu gebu. Setiap kali aku telanjang bulat sendirian, aku selalu
merasakan nonokku basah dan sepertinya ada rasa yang tidak enak di
selangkanganku ini. Begitu juga susuku seringkali putingnya menjadi kaku dan
terasa geli sekali bila disentuh. Suatu kali ketika kurasakan nonokku basah dan
terasa ada yang mengganjal di selangkanganku, timbul keinginanku untuk
mengetahui apa yang membuat rasa tak enak diselangkanganku itu. Ketika
kusibakkan jembutku yang lebat dan panjang itu serta kukuakkan bibir nonokku,
barulah aku tahu bahwa ternyata itilku yang mengembang membuat nonokku serasa
terganjal. Memang itilku besar sekali, jika sedang ngaceng. Ketika kusentuh
dengan jariku, aku langsung seperti tersengat oleh rasa geli yang menjalar
keseluruh tubuhku. Aku tak dapat berbuat apa apa karena memang aku tak mengerti,
tetapi aku sadar bahwa aku mempunyai nafsu yang besar, namun karena tidak punya
jalan pelepasannya, maka sampai saat itu aku masih belum tahu cara menikmatinya.

Pada usiaku yang kesembilan belas, aku sudah menyelesaikan SMA ku dan rencananya
aku kepengen meneruskan pelajaranku keperguruan tinggi. Tetapi pada waktu itu
oleh Bapak dan Ibu aku dikenalkan pada seorang laki laki yang rencananya akan
dijodokan dengan aku. Meskipun saat ini bukan jamannya Siti Nurbaya, tetapi adat
istiadat bangsaku membuat aku tak berdaya untuk menolak kemauan orang tuaku ini.
Dan sebenarnya yang paling penting, dengan punya teman laki laki berarti aku
bisa bereksperimen untuk mengetahui nikmatnya seks.

Calon suamiku bernama Rhoma dia seorang pemuda anak orang kaya, pada awal
perjumpaan kelakuannya memang alim sekali, tetapi pada beberapa pertemuan
berikutnya ketika orang tuaku sudah tidak ikut menemani kami, maka omongannya
mulai melantur dan jorok, tetapi anehnya aku menyukai semuanya itu. Bahkan aku
berharap agar dia berbuat lebih dari pada sekedar omong saja. Orang tuaku
memberi kebebasan untuk aku dan Rhoma berpacaran, mereka selalu membiarkan kami
berdua dikamar tamu, bahkan kadang kadang mereka pergi meninggalkan kami berdua
dengan seorang pembantu dirumah. Ini semua membuat Rhoma jadi makin berani dan
akupun selalu bersikap meladeni apapun juga yang dilakukan Rhoma, karena aku
tahu bahwa Rhoma akan mampu memenuhi rasa ingin tahuku yang sangat besar itu.

Siang itu aku sendirian dirumah, karena kedua orang tuaku pergi ke Pasuruan
untuk suatu urusan, dalam keadaan kesepian aku mencoba menelepon Rhoma
dirumahnya, ternyata Rhoma ada dirumah dan iapun juga sedang menganggur tanpa
pekerjaan. Ketika kuberitahu bahwa orang tuaku sedang pergi dan kutawari agar
dia datang ke rumahku Rhoma setuju. Tidak sampai sepuluh menit kemudian kudengar
suara mobil Rhoma berhenti didepan rumahku, aku berlari lari keluar untuk
membukakan pintu. Setelah kupersilahkan duduk, aku masuk sebentar untuk
mengambilkan minum dan kemudian aku duduk mendampinginya. Mula mula kami omong
omong saja, tetapi tangan Rhoma mulai mengembara ke pahaku dan bibirnya mulai
juga menciumi bibirku, lidahnya dijulurkan memasuki mulutku akupun membalasnya
dengan menjulurkan lidahku sehingga lidah kami saling berkaitan. Kupeluk Rhoma
erat erat karena aku mulai bernafsu menikmati ciuman Rhoma yang hangat itu,
apalagi ketika kurasakan tangan Rhoma menyelusupi bajuku dan meremas susuku yang
kanan. Aku menggeliat karena puting susuku terasa geli sekali oleh sentuhan jari
jari Rhoma, yang meremas susuku dengan bernafsu sekali. Tidak puas dengan satu
tangan Rhoma memasukkan kedua tangannya kedalam bajuku dan mulai meremas serta
memilin milin puting susuku. Aku menjadi gelisah karena remasan tangan Rhoma
membuat nonokku jadi gatal dan berair, kupeluk Rhoma makin erat sambil makin
menekankan bibirku ke bibir Rhoma sekedar untuk menahan nafsuku yang membara itu.
Tidak puas dengan meremas remas dadaku, tangan Rhoma makin turun kebawah dan
mulai meremas remas pantatku, aku menggelinjang dan mulutku mulai mendesah,
dalam hatiku aku agak takut juga, karena saat itu seperti biasanya kalau sedang
di rumah, maka aku tidak memakai celana dalam. Aku yakin bahwa Rhoma mengetahui
hal ini, karena mendadak tangannya sudah menyentuh bukit nonokku yang penuh
jembut dan meremasnya dengan lembut. Saat itu aku benar benar pasrah aku hanya
menunggu apa yang akan dilakukan Rhoma, karena semuanya terasa nikmat dan geli.
Ketika Rhoma berbisik agar aku membuka bajuku dengan sigap aku segera melepasnya.
Begitu melihat susuku yang tanpa penutup itu Rhoma langsung menciuminya serta
menghisap putingnya sembari terus menerus meremas remasnya. Tanpa sadar aku
mencakar punggung Rhoma karena aku merasakan kegelian yang amat sangat disamping
nonokku rasanya seperti bengkak dan basah kuyup oleh nafsuku sendiri. Dalam
keadaan tubuh separuh telanjang Rhoma membaringkan aku di atas sofa, sambil
bibirnya terus menghisap puting susuku yang sudah membatu itu tangan Rhoma mulai
beraksi melepaskan rokku yang bawah. Aku bukannya berusaha melarangnya, malahan
aku sengaja mengangkat pantatku supaya Rhoma lebih mudah membukanya. Begitu
rokku ditarik kebawah, terpampanglah sudah tubuhku dalam keadaan telanjang bulat.
Meskipun sudah seringkali kami bermesraan seperti ini, tetapi untuk telanjang
secara utuh, baru kali ini aku lakukan. Tak heran bilamana Rhoma begitu
terangsang melihat pangkal pahaku yang jembutnya lebat seperti hutan itu.
Diciuminya jembutku sambil menggosok gosokkan hidungnya ke selangkanganku dengan
penuh nafsu. Rasa gatal yang ditimbulkan oleh gesekan kulit hidung Rhoma dengan
jembutku membuat aku menjadi gelisah. Maka bila semula tadi pahaku seperti
terkunci rapat karena rasa tegang, maka tanpa kusadari pelan pelan terkuak
membuat Rhoma makin belingsatan karena nonokku yang masih perawan itu terpampang
dihadapannya. Tanpa sungkan Rhoma langsung saja menciumi itilku yang sudah kaku
seperti batu itu dan menjilati dengan lidahnya. Aku merasa seperti kena listrik
begitu lidah Rhoma menyentuh ujung itilku…….rasanya enak sekali……. geli gatal
semuanya menjadi satu. Kurengkuh kepala Rhoma yang menempel disela sela pahaku
dan kutekan keras keras agar makin menempel ke nonokku. Inilah benar benar
kenikmatan yang selama ini aku ingin rasakan…begitu nyata dan nikmat…geseran
lidah Rhoma diujung itilku membuat nafsuku memuncak, apalagi ketika Rhoma juga
mulai menjilati bagian dalam nonokku itu. Kudengar suara berkecipak ketika Rhoma
menjilati nonokku yang sudah basah kuyup itu. Aku benar benar seperti kena sihir,
aku merintih rintih oleh rasa nikmat itu. Rupanya Rhoma sendiri sudah tak tahan
dengan semua ini. Ia tiba tiba menghentikan gerakannya dan berdiri, aku sangat
terkejut kutatap wajah Rhoma yang berdiri didepanku, rupanya Rhoma sedang
melepaskan pakaiannya dan telanjang bulat. Aku kaget sekali ketika melihat
kontol Rhoma yang dalam pandanganku begitu besar dan menyeramkan. kontolnya
berwarna coklat kehitaman melengkung dengan ujungnya yang pelontos persis
seperti jamur , panjang sekali. Baru kali ini aku melihat kontol pria yang
sesungguhnya, apalagi dalam keadaan ngaceng seperti kepunyaan Rhoma saat ini
sungguh mendebarkan dan benar benar menakutkan, aku tak dapat membayangkan
seandainya barang yang sebegitu besar dimasukkan dalam liang nonok yang sempit.

Selesai melepaskan semua pakaiannya, Rhoma kembali mulai menciumi nonokku dan
juga menjilati liang nonokku, agar supaya lebih leluasa menjilati bagian
dalamnya, Rhoma merentangkan kakiku lebih lebar lagi sehingga nonokku makin
merekah. Aku merasakan kehangatan lidah Rhoma menelusuri bagian dalam nonokku,
enak sekali……Rhoma benar benar pandai menjilati nonok, aku menggelepar gelepar
setiap kali lidahnya menyapu bagian bagian yang peka dari nonokku, rasa geli
yang kurasakan sepertinya tak tertahankan lagi hingga tiba tiba aku menjerit
karena kurasakan suatu desakan dari dalam liang nonokku seperti terlepas keluar.
Kurasakan dinding nonokku sepertinya berdenyut denyut nikmat sekali disertai
mengalirnya cairan hangat dari dalamnya. Badanku jadi kaku menahan rasa nikmat
yang tiada taranya itu, kutekankan kepala Rhoma keselangkanganku dan kujepit
kepalanya dengan kedua pahaku agar aku dapat lebih menikmati rasa geli yang luar
biasa ini. Ketika rasa nikmat itu mulai berkurang, akupun merasa sangat lemas
sekali. Kulepaskan kepala Rhoma dan aku terpejam merasakan keletihan yang luar
biasa, aku sepertinya tak merasakan apapun, yang terbayang hanyalah rasa nikmat
yang diberikan Rhoma ketika dia menjilati nonokku. Tiba tiba aku merasa kaget
ketika kurasakan ada benda hangat menempel dibibirku, ketika kubuka mataku,
barulah aku tahu kalau benda itu adalah kontol Rhoma. ” Ayo sekarang kamu hisap
punyaku ya” begitu bisik Rhoma kepadaku. Dengan ragu ragu aku mencoba menjilat
dahulu ujung kontolnya yang licin berkilat itu, terasa asin, ketika Rhoma agak
memaksa agar mulutku menganga lebih lebar maka aku mulai kuatir kalau kontol
sebesar itu tak bisa masuk kedalam mulutku. ” Jangan sampai kena gigimu, sakit”
aku hanya diam saja mendengar kata kata Rhoma, tetapi kucoba untuk tidak sampai
gigiku mengenai batang kontolnya. Pelan pelan Rhoma menekan kontolnya memasuki
mulutku, ketika sudah hampir separuh kontolnya masuk, aku mulai tersedak.

Kutahan perut Rhoma dan ia menurut. Disuruhnya aku untuk menghisap hisap dan
mengenyot batang kontolnya serta memaju mundurkan bibirku. Ketika kuturuti semua
keinginan Rhoma itu, kulihat Rhoma memejamkan matanya sambil mendesis seperti
keenakan, tangannya meremas remas susuku sepertinya ingin meremukkannya, tetapi
anehnya aku tak merasa sakit justru nikmat sekali. Tak lama aku menghisap
kontolnya, tiba tiba saja Rhoma mengejang dan kurasakan ada cairan kental
menyembur dari kontolnya memenuhi rongga mulutku, aku terkejut sekali, dengan
spontan kutarik mulutku dan kumuntahkan cairan kental yang sudah terlanjur masuk
ke mulutku itu. Rhoma sangat kaget dengan tindakanku itu tangannya segera
memegang kontolnya yang masih terus mengeluarkan cairan putih kental dari
ujungnya itu, karena kulepaskan maka cairan itu menyemprot keluar membasahi
mukaku dan susuku. Setelah beberapa saat barulah cairan kental itu berhenti
keluar dari kontol Rhoma. Rhoma langsung mengomel ” Kenapa kamu cabut, aku baru
merasa enak kok kamu lepas” Aku benar benar tak mengerti dengan semua ini, aku
kebingungan mencari lap untuk membersihkan cairan kental yang menempel di muka
serta di susuku. Ketika Rhoma menyerahkan sapu tangannya, dengan segera
kubersihkan semua cairan kental yang berwarna putih seperti susu itu. Saat itu
barulah aku sadar kalau inilah yang namanya sperma itu. Tak kusangka bahwa
begitu banyak sperma yang dikeluarkan Rhoma, dan aku jadi agak menyesal karena
membuat dia jadi kurang puas menikmati hisapanku tadi. Semuanya disebabkan
karena kekurang mengertinya aku. Ketika kulirik lagi, kulihat kontol Rhoma sudah
tidak berdiri seperti tadi lagi, saat ini kontolnya sudah menunduk, aku
tersenyum melihat kontol Rhoma seperti itu. Rhoma diam saja, hanya dia mengambil
sapu tangannya tadi dan melap kontolnya sampai bersih. Karena aku sadar kalau
aku sudah mengecewakannya, maka aku mencoba mengambil hatinya dengan mengelus
elus kontolnya yang sudah mengkerut itu, sementara nonokku yang masih berlepotan
cairan lendir itu kuhadapkan ke muka Rhoma. Benar saja, Rhoma langsung hilang
marahnya, ia kembali lagi menjilati nonokku, terutama di bagian luar yang
tadinya penuh dengan lendir itu. Karena posisiku yang setengah duduk tetapi agak
mengangkang, maka aku dapat melihat dengan jelas semua tingkah Rhoma yang
menjilati nonokku itu, kedua belah tangannya menguakkan bibir nonokku sehingga
itilku makin maju kedepan, itulah yang menjadi sasaran lidah Rhoma. Rasa geli
kembali menyerang tubuhku, tanpa sadar aku meremas remas sendiri susuku. Tiba
tiba Rhoma berdiri sehingga aku bisa melihat kontolnya yang sudah ngaceng lagi
itu. Dengan agak berjongkok Rhoma menuntun kontolnya kearah liang nonokku. Aku
kaget sekali dan segera memberontak, karena untuk yang satu ini aku belum berani.
Aku benar benar takut menjadi tidak perawan, kalau cuma dijilat atau menghisap
kontol saja aku masih bersedia, tetapi kalau sudah dimasukkan, nanti dulu…………
Rhoma agak malu melihat penolakanku itu, dikiranya mungkin aku pasti mau
mengingat apa yang sudah kami lakukan tadi. Aku berkata pada Rhoma kalau untuk
yang satu itu aku belum berani, tetapi kalau yang lainnya boleh saja, karena aku
juga suka. Rhoma rupanya tidak kehilangan akal, ia menyuruh aku berbalik lalu
ditunggingkannya pantatku keatas, kurasakan lidah Rhoma menyelusupi liang
pantatku yang juga ditumbuhi oleh jembut, rasanya geli membuat aku terkikik
karena jijik. Tapi jilatan Rhoma tidak hanya disitu saja, lidahnya berpindah
pindah dari liang pantat ke bibir nonokku kemudian pindah lagi ke itilku,
semuanya membuat aku jadi terbang keawang awang lagi. Ketika Rhoma membasahi
pantatku dengan ludah yang banyak aku tetap tak sadar apa yang dimaui Rhoma,
baru ketika kurasa perih di pantatku, aku sadar bahwa kontol Rhoma sudah
dimasukkan ke dalam pantatku. Aku merintih kesakitan, tetapi Rhoma menyuruh aku
diam dan menikmati semuanya itu. Aku menggigit bibir menahan sakit, sementara
tangan Rhoma terus terusan meremas susuku dan memilin milin putingku. Ketika
rasa sakitku sudah mulai hilang, kurasakan betapa liang pantatku seperti
diganjal dengan tongkat yang besar sekali. Aku kembali meringis ketika Rhoma
menarik kontolnya pelan pelan sekali, melihat aku merintih, Rhoma segera
menggosok itilku dengan jarinya sehingga aku merasa geli dan melupakan sakitku.
Demikian terus Rhoma menggelitik itilku sehingga tiba tiba dia melenguh dan
pejunya menyemprot ke dalam liang pantatku. Rhoma menjadi lega dengan semua ini.
Akupun menjadi lega karena dapat menyenangkan pacarku. Untuk selanjutnya
bilamana ada kesempatan kami selalu melakukan hal ini, saling menjilat,
menghisap dan memasukkan kontol kedalam pantatku. Belakangan aku juga dapat
menikmati enaknya main lewat pantat ini, karena Rhoma tahu caranya merangsang
itilku sambil merojok pantatku yang juga membuat aku jadi puas.

Ketika usiaku 20 tahun, Rhoma meminangku, karena memang semua ini sudah
disiapkan oleh kedua orang tua kami, maka tidak ada penghalang bagi aku dan
Rhoma untuk naik kepelaminan. Pernikahan kami berlangsung sesuai adat suku yang
penuh dengan upacara upacara, semua berlangsung dengan lamban. Mengapa aku
merasakan kelambanan dari semua acara ini, karena sebenarnya aku sudah ingin
cepat cepat masuk kamar pengantin dan menikmati kontol Rhoma di dalam liang
nonokku, bukan hanya di pantatku saja. Bayangkan selama satu tahun sejak pertama
kali aku merasakan nikmatnya rangsangan Rhoma, yang dilakukan Rhoma hanyalah
menjilati nonokku, merangsang itilku dengan jarinya paling banter Rhoma hanya
kuijinkan menggosok gosokkan kontolnya diluar bibir nonokku. Semuanya kurang
nikmat karena hanya semu, malam ini aku akan merasakan yang sejati yaitu kontol
Rhoma akan menyelam dalam nonokku, aku akan merasakan kenikmatan yang sejati,
bukan kenikmatan yang semu.

Menjelang jam 10 malam. orang tua kami menyuruh kami beristirahat dahulu,
meskipun saat itu masih banyak tamu yang belum pulang. Aku sebenarnya sangat
malu untuk masuk ke kamar, tetapi karena desakan orang tua, maka kamipun berdiri
dan meninggalkan pelaminan menuju kamar pengantin kami. Hampir semua muda mudi
yang masih tinggal tertawa tawa melihat kami yang menuju kamar pengantin, aku
tahu apa yang mereka tertawakan, karena hal ini juga sering aku lakukan bilamana
pergi ke pesta perkawinan temanku, kami selalu tertawa membayangkan bahwa malam
itu akan ada perempuan yang menangis karena kesakitan tetapi juga sekaligus
keenakan karena bersetubuh ! Membayangkan ini rasanya aku ingin cepat cepat
masuk kekamar dan menutup pintunya, tetapi rasanya lama sekali perjalanan dari
pelaminan menuju kamar tidur kami yang jaraknya hanya beberapa meter itu. Begitu
memasuki kamar, aku langsung duduk diatas tempat tidur sambil bernafas lega
sekali. Rhoma sendiri juga tahu bahwa kita berdua menjadi sasaran gurauan dari
semua yang hadir, karena itu dia meminta agar aku tetap tinggal di kamar
sementara dia akan keluar dahulu untuk menemui tamu tamu yang masih tinggal agar
mereka tidak berpikiran yang macam macam.

Aku agak kecewa juga karena acara intim yang aku harapkan ternyata masih harus
sedikit tertunda, karena Rhoma sungkan pada tamu tamunya yang masih nongkrong
didepan, seharusnya tamu tamu itu tahu diri, begitu pengantin masuk kamar,
merekapun harus cepat cepat pulang agar pengantin bisa menikmati malam
pertamanya dengan tenang. Sambil berdiri menatap kaca hias yang berukuran besar
didepan tempat tidurku, aku mulai melepasi segala perlengkapan yang aku kenakan,
memang agak repot juga melepaskan semua perhiasan dan lain lain yang menempel di
badanku, tetapi dengan sedikit membuang tenaga, akhirnya aku berhasil melepas
semua perhiasan dan juga pakaianku sehingga aku jadi telanjang bulat didepan
kaca. Dengan teliti aku memperhatikan tubuhku sendiri, entah mengapa aku jadi
terangsang sendiri melihat tubuhku yang telanjang didepan kaca ini. Susuku
membusung dengan putingnya yang coklat berdiri tegak, sedangkan diantara kedua
pahaku berkumpul hutan rimba jembut yang sangat tebal, beberapa hari yang lalu
aku memerlukan waktu hampir setengah jam untuk membersihkan jembutku yang
letaknya kurang beraturan, sehingga saat ini semuanya tampak rapi terutama di
bagian bibir nonok, maksudku agar supaya memudahkan Rhoma kalau nanti memasukkan
kontolnya ke liang wasiat ini. Ketika kucoba untuk meraba nonokku yang sudah
mulai basah, sementara ketika aku menyentuh itilku terasa sudah membengkak
meskipun belum disentuh Rhoma, aku merasa kalau sebenarnya aku sudah bernafsu
sejak kemarin sore, tetapi pelepasannya menunggu saat ini, entah kapan Rhoma
akan masuk kekamar ini untuk dapat memuaskan aku.

Sementara aku menanti Rhoma sambil berbaring ditempat tidurku dalam keadaan
telanjang bulat, aku mencoba untuk membaca baca majalah, ketika kudengar ketukan
dipintu, aku langsung tahu bahwa itu Rhoma, dengan sengaja aku tidur terlentang
sambil kakiku agak mengkangkang sehingga nonokku terpampang jelas. Kuharap Rhoma
akan terangsang melihat ini semua agar supaya dia tambah bernafsu. Setelah
kurasa posisiku sudah tepat, aku berteriak “masuk”. Saat itu, bila ada geledek
menyambar mungkin aku tidak sekaget saat ini, karena yang tadinya kukira Rhoma
ternyata adik Rhoma. Kucoba untuk meraih benda apa saja diatas tempat tidur itu
untuk menutupi badanku, tetapi tak sepotong kainpun ada diatas tempat tidur itu,
jadi dengan muka yang terasa sangat panas, aku berusaha menutupi bagian vitalku
dengan kedua tanganku. Dengan terbata bata aku menanyai Rochim adik Rhoma apa
perlunya masuk kamarku. Dengan muka merah juga, Rochim mengatakan kalau kakaknya
berpesan agar aku tidur dulu kalau sudah ngantuk. Aku tak dapat menjawab kata
kata Rhoma itu, aku sangat malu dan bingung apa yang harus kulakukan agar Rhoma
tidak tahu hal ini. Karena aku diam saja, Rhoma dengan leluasa memuaskan matanya
memandang tubuhku yang terbuka ini. Aku memberanikan diri untuk berkata pada
Rochim agar supaya tidak menceritakan hal ini pada kakaknya, karena aku sangat
malu. Rochim hanya mengangguk dan langsung keluar dari kamarku. Aku menarik
nafas lega, tetapi mukaku kurasakan masih panas karena malu disamping hatiku
masih berdebar debar. Benar benar memalukan………………

Entah berapa lama aku tertidur, namun aku terbangun oleh rasa geli
diselangkanganku, ketika kubuka mataku kulihat Rhoma sudah telanjang bulat
dengan posisi 69 diatasku, sementara Rhoma asyik menjilati nonokku, kontolnya
yang sudah ngaceng tergantung bebas didepanku. Tanpa menunggu lagi langsung aku
menggenggam kontolnya dan menghisapnya seperti aku menghisap permen loli. Aku
sudah lupa dengan kejutan si Rochim tadi, rasa geli yang ditimbulkan oleh
jilatan Rhoma membuat aku makin berusaha melebarkan pahaku supaya nonokku tambah
lebar dan lidah Rhoma makin dalam menelusuri nonokku. Aku merasakan kenikmatan
yang luar biasa terutama di bibir nonokku, rasanya aku sudah hampir mencapai
orgasme, aku tahu bahwa kali ini Rhoma ingin membuatku benar benar merasakan
nikmatnya seks, karena itu aku juga tak mau kalah, aku juga menggarap kontol
Rhoma yang sedang kuhisap ini, Dengan lidahku kuselusuri batang kontol Rhoma
mulai dari ujungnya sampai ke pangkalnya berulang ulang baru kemudian kukulum
ujung kontolnya yang seperti jamur itu dan kemudian lubang kencingnya aku gosok
gosok dengan lidahku sampai Rhoma menggeliat geliat menahan geli, aku tak
perduli, malahan buah pelir Rhoma aku usap dengan jari jariku dan ujung
kontolnya kukulum dan pelan pelan aku memasukkan batang kontolnya ke dalam
mulutku yang sudah kupenuhi dengan air liur itu sampai akhirnya kurasakan ujung
kontol Rhoma menyentuh pangkal leherku, aku agak tersedak tetapi kutahan agar
tidak sampai membuat Rhoma kecewa. Saat itulah Rhoma menghentikan jilatannya
sehingga akupun menghentikan kulumanku.

Ketika kulihat Rhoma berputar posisi dan mulai menciumi bibirku, aku merasakan
bahwa inilah saatnya yang sudah lama kunanti nantikan kontol Rhoma memecahkan
keperawananku. benar saja Rhoma meletakkan bantal di bawah pantatku sehingga
pantatku terangkat keatas dan nonokku makin mencembung, dengan agak gemetar
Rhoma menepatkan ujung kontolnya diantara bibir nonokku dan dengan pelahan dia
mendorong kontolnya memasuki liang nonokkku, aku memejamkan mata dan tiba tiba
saja kurasakan ada sedikit rasa perih yang kemudian tidak kurasakan lagi karena
Rhoma sudah menempelkan seluruh badannya ke atas tubuhku sambil menciumi bibirku.
Tangan Rhoma asyik meremas remas susuku ketika tiba tiba kurasakan Rhoma mulai
menarik kontolnya, saat itu kembali kurasakan rasa ngilu tetapi juga ada rasa
geli karena gesekan kontol Rhoma dengan dinding nonokku yang sangat peka itu.
Merasakan kalau aku kesakitan, Rhoma menahan gerakannya dan barulah
dilanjutkannnya lagi ketika aku kelihatan sudah diam, ketika Rhoma mendorong
lagi kontolnya ke dalam liangku, rasa sakit itu sudah tak terasa lagi, yang
kurasakan adalah rasa geli apalagi ketika ujung kontol Rhoma menghunjam dasar
liang kemaluanku yang masih peret itu, benar benar nikmat. Belum lama Rhoma
memaju mundurkan kontolnya aku mendadak merasakan geli yang luar biasa
disekeliling liang nonokku sehingga membuatnya jadi mengejang rupanya saat itu
aku mencapai kepuasan yang selama ini aku nanti nantikan kepuasan dari hubungan
seks yang sebenarnya, bukan cuma kepuasan dari hasil jilat menjilat seperti dulu.
Aku merintih sambil menggigit pundak Rhoma, saat itu juga kurasakan Rhoma
menusukkan kontolnya dalam dalam dan diapun menyemburkan pejunya kedalam liang
nonokku.

Benar benar asyik………… Aku tergeletak tanpa sadar untuk beberapa waktu rasanya
badan ini lemas lunglai tetapi dalam hatiku nafsuku masih berkobar kobar karena
belum puas betul. Aku juga merasa kalau kontol Rhoma yang masih terkubur dalam
nonokku itu juga masih keras, sehingga ketika kucoba menggerak gerakkan pantatku
kurasakan kontol Rhoma masih mengganjal dalam liangku itu.

Ketika Rhoma merasakan gerakan pantatku, ia menggerakkan kepalanya dan menatapku
sambil berkata, “Enak ya……..apa kamu mau lagi ? Aku tidak menjawab tetapi aku
hanya menyeringai saja, kucium bibir Rhoma dengan gemas sambil mendekapnya erat
erat. Pelan pelan Rhoma menggerak gerakkan kontolnya lagi, kurasakan kontol
Rhoma mulai mengembang di dalam nonokku sampai akhirnya memadati nonokku lagi.
Aku menggigit bibirku ketika Rhoma menekan ujung kontolnya sehingga leher
rahimku yang tentunya sangat perasa itu tergosok keras sekali. kontol Rhoma
sebenarnya cukup panjang tetapi karena agak melengkung maka kelihatan pendek
namun ukurannya gemuk sekali sehingga untuk nonokku yang masih baru dipakai ini
menimbulkan rasa geli yang luar biasa karena membuat liangku padat dan selalu
menggesek tempat tempat yang sensitif di nonokku itu.. Aku mencoba menguakkan
kakiku lebih lebar lagi agar supaya nonokku mampu menelan semua kontol Rhoma,
tetapi usahaku sia sia karena liangku sudah benar benar menganga namun aku tetap
tak berhasil membuat bagian dalam nonokku terpuaskan, ini semua membuat aku
mulai menggerakkan pantatku agar supaya kontol Rhoma lebih tepat tujuannya yaitu
bagian dalam nonokku, memang aku merasakan geli ketika batang kontol Rhoma
menggesek gesek itilku, tetapi rasanya masih kurang jika leher rahimku belum
digosok dengan keras memakai ujung kontol Rhoma itu.

Aku mulai merasa kesal dengan gerakan Rhoma yang kurang bersemangat itu, karena
Rhoma hanya memaju mundurkan kontolnya secara lamban sambil terus menerus
menciumi bibirku serta meremas remas susuku. Yang aku inginkan adalah gerakan
yang cepat sehingga rasa gelinya betul betul terasa. Ketika aku bisikkan hal ini
pada Rhoma, dia langsung menuruti permintaanku ini, namun apa lacur, baru saja
Rhoma bergerak cepat, kontolnya sudah menyembur nyembur lagi, rupanya dia sudah
mencapai kepuasannya. Aku yang tak mengerti semua ini berusaha mengimbangi
tusukan Rhoma dengan lebih keras memutar mutar pantatku, tapi Rhoma merintih
kegelian, rupanya dia tak tahan dengan gerakanku sehingga merintih rintih. Aku
yang sudah kesetanan tak perduli, selama masih terasa mengganjal, maka aku terus
menggoyangkan pantatku agar ujung kontol Rhoma dapat menyentuh dasar nonokku ,
kucengkeram punggung Rhoma ketika kurasakan rasa geli yang makin memuncak dalam
tubuhku, mataku mendelik merasakan kenikmatan yang berkumpul didalam nonokku
sampai akhirnya srooot….ujung kontol Rhoma berhasil menyentuh dasar nonokku,
saat itulah aku berteriak lega dan……….nonokku mengejang merasakan nikmatnya
persetubuhan ini. Aku betul betul puas, karena aku berhasil mendapatkan apa yang
kuinginkan dari Rhoma, aku setengah tak perduli ketika Rhoma mengomel panjang
pendek karena aku memaksakan kepuasanku sendiri meskipun saat itu kontol Rhoma
sudah lemas. Aku hanya tersenyum saja mendengarkan omelannya, yang penting saat
ini adalah istirahat, karena setelah dua kali bersetubuh rasanya badan jadi
letih dan lemas sekali. Ini adalah pengalaman malam pertamaku , sebenarnya
melihat Rhoma yang loyo itu aku sudah curiga kalau dia kurang mampu dalam hal
yang satu ini. Ternyata dugaan ini terbukti setelah perkawinan kami berjalan
beberapa tahun.

Perkawinan kami berjalan dengan cukup lumayan sampai aku melahirkan dua orang
anak, tetapi saat itulah Rhoma mulai seringkali sakit sakitan. Hal ini berakibat
banyak bagi kehidupan seks yang sudah aku nikmati selama ini. Jikalau dulunya
hampir dua hari sekali aku menikmati persetubuhan sampai mencapai kepuasan, maka
sekarang persetubuhan justru hanya menjadikan aku tersiksa, karena setiap kali
main, kontol Rhoma selalu lemas dan sulit masuk di liangku.

Rhoma hanya mampu merangsang aku dengan jilatan jilatannya yang menggelikan itu.
Seperti waktu kemarin, aku benar benar kesal dengan Rhoma. Kemarin siang aku
mendapat kunjungan temanku Mukinah, karena saat itu Rhoma sedang pergi, maka
kami dapat bercerita dengan bebas tanpa kuatir didengar oleh suami. Suatu saat
Mukinah bercerita tentang pengalamannya di atas tempat tidur dengan suaminya.
Aku tidak terlalu heran dengan cerita Mukinah kalau suaminya pandai memuaskan
dia, kalau dia selalu mencapai kepuasan setiap kali main dan juga tentang hal
hal lain tentang hubungan intimnya dengan sang suami, bahkan ada beberapa hal
yang justru menurut aku Rhoma lebih hebat dari suami Mukinah. Namun masalahnya
sejak beberapa waktu ini Rhoma tidak pernah bisa memuaskan aku, sehingga cerita
Mukinah benar benar membuat aku jadi terangsang dan nafsuku memuncak, aku merasa
kalau saja saat itu ada kontol yang stand by, pasti sudah akan kuhisap dan
kuhunjamkan ke nonokku yang yang sudah basah kuyup itu.

Cerita cerita Mukinah membuat aku jadi panas dingin, ketika Mukinah sudah pulang,
aku cepat cepat masuk ke kamar dan berusaha untuk tidur, tetapi rasa gatal di
nonokku benar benar tak tertahankan, selama ini aku hanya merasakan jilatan
jilatan lidah Rhoma yang menyelusuri nonokku, tetapi sudah lama kontolnya tidak
pernah berhasil membuatku orgasme, sehingga dapat dibayangkan betapa rindunya
aku dengan kehadiran sebatang kontol yang dapat mengisi kekosongan diantara
celah nonokku ini. Tanpa terasa tanganku sudah mengembara ke antara
selangkanganku, memang sudah sejak lama aku tidak pernah memakai celana dalam
bila ada dirumah, sehingga dengan mudah tanganku dapat mengelus bukit nonokku
yang berjembut tebal itu. Kurasakan geli yang berkumpul disitu membuatku jadi
gemas sehingga berkali kali kuremas remas bukit nonokku itu agar rasa geli itu
lenyap, namun yang terjadi malahan sebaliknya, rasa geli itu makin memuncak
sampai tanpa sengaja jariku menyentuh itilku sendiri.

Kurasakan kenikmatan yang luar biasa, berbeda dengan jilatan lidah Rhoma, dan
lebih menyerupai gesekan kontol pada itil. Kucoba menggosok lagi itilku dengan
jariku, aku jadi terperangah karena rasa nikmat yang kudapat benar benar
sensasional. Tanpa terasa jariku asyik menggesek gesek itilku sementara tidurku
yang tadinya menyamping sekarang jadi terlentang dan kakiku sudah terpentang
lebar, jari jariku yang gemetar terus merojok itilku yang membengkak itu dan
akhirnya mulai memasuki bagian dalam liang nonokku, terasa geli dan hangat
sekali. Apalagi saat jariku menggeser geser bibir dalam nonokku rasanya luar
biasa. Tanpa dapat kutahan lagi aku menjerit kecil ketika kurasakan nonokku
mengejang karena orgasme.

Keringat dingin membasahi seluruh tubuhku, karena baru sekali ini aku
mendapatkan kenikmatan yang lebih nyata. Jantungku berdebar debar karena
rangsangan yang aku rasakan tadi itu, dalam batin aku berpikir apakah ini yang
disebut dengan masturbasi itu, memang rasanya nikmat tetapi sejujurnya saja
lebih nikmat jika batang kontol yang sejati yang menggelitik nonokku, bukan cuma
jari telunjukku yang menggeser geser di bibir nonok sampai basah kuyup, dengan
tubuh dan pikiran yang lebih enteng, aku coba untuk tidur tiduran karena hari
masih sore sedangkan Rhoma baru pulang sekitar jam 5 atau 6 sore nanti. Namun
justru berbaring baring ini menyebabkan pikiranku jadi melayang layang dan
membuat nafsuku jadi berkobar lagi, karena sebenarnya saja aku masih ingin
merasakan kontol yang sejati. Kadang kadang terlintas di pikiranku untuk mencari
pria lain yang dapat memuaskan aku, tetapi pikiran ini aku buang jauh jauh
karena aku takut. Tetapi bagaimana lagi, Rhoma tak berhasil memuaskan aku, saat
aku melamun seperti itu kudengar pintu kamarku dibuka, rupanya Rhoma yang
barusan pulang dari pergi dan langsung masuk kekamar.

Ketika melihat aku tidur tiduran, ia segera duduk disamping tempat tidur sambil
menyapaku, tangannya memijat mijat pundakku sambil menanyakan kenapa aku kok
beristirahat, apakah memangnya aku lelah. Sementara berbicara itu tangannya
mengembara dan langsung menelusup kebalik dasterku dan meremas nonokku, aku yang
sudah sejak tadi terangsang jadi kelabakan. Aku jadi nekad kepengen mencoba
barangkali saja Rhoma bisa memuaskan aku kali ini. Segera kubuka ikat pinggang
Rhoma dan kubuka celananya serta kukeluarkan kontolnya. Ketika kukulum, kontol
Rhoma langsung berkelojotan dan mulai ngaceng meskipun tidak terlalu keras.
Ketika kusibakkan dasterku keatas, maka nonokku sudah langsung terpampang
didepan mata Rhoma. Seperti biasanya Rhoma langsung menciumi nonokku dan
membentangkan bibir nonokku untuk mulai menjilatinya.

Tetapi kali ini aku bertindak agresif. Aku memberontak dan mulai melepaskan
pakaian Rhoma sehingga dia telanjang bulat. Ketika sudah bugil, kusuruh Rhoma
terlentang sehingga kontolnya yang setengah ngaceng itu menjulang keatas
meskipun agak melengkung, aku sengaja tidak mau lagi menghisapnya karena aku
kuatir kalau terlalu geli maka Rhoma justru akan cepat keluar. Langsung saja aku
mengangkangi Rhoma dan kuselipkan kontolnya diantara kedua bibir nonokku, ketika
sudah kurasakan tepat, maka pelan pelan aku menurunkan pantatku karena kalau aku
tekan cepat cepat aku kuatir kalau meleset karena kontol Rhoma belum ngaceng
sepenuhnya. Akhirnya kontol Rhoma berhasil amblas ke dalam liangku, aku benar
benar merasa lega meskipun kurasakan rongga nonokku agak sulit merasakan gesekan
kontol Rhoma yang masih agak mengantuk itu. Ketika kucoba memutar pantatku pelan
pelan,kudengar Rhoma menggerang dan terasa kontolnya mulai mekar di dalam liang
nonokku, aku makin mempercepat putaranku bahkan kadang kadang aku menaik
turunkan pantatku. Akhirnya kurasakan kontol Rhoma sudah benar benar ngaceng dan
memadati dinding dinding nonokku, aku mulai merasakan nikmat yang luar biasa.
Kurasakan ujung kontol Rhoma menggosok gosok leher rahimku menimbulkan rasa geli
yang jauh berbeda jika hanya sekedar dijilati saja, tetapi aku juga merasakan
bahwa meskipun kontol Rhoma sudah ngaceng gosokan didalam liang nonokku ini
tidak sekeras dahulu waktu kontol Rhoma masih tokcer.

Dengan memejamkan mata kuputar putar pantatku agar gesekan ujung kontol Rhoma
makin terasa dileher rahimku, sementara tanganku asyik meremas remas susuku
sendiri. Aku tak berani mengangkat pantatku terlalu tinggi karena aku kuatir
kalau gerakanku itu akan menimbulkan rangsangan dan rasa geli yang akan membuat
Rhoma jadi muncrat. Namun upayaku percuma saja, karena ketika aku merasa bahwa
puncak kenikmatanku segera tiba, maka tanpa sadar aku mempercepat putaran
pantatku, saat itu Rhoma mendorong tubuhku dan meminta agar aku menghentikan
gerakanku. Aku tak perduli karena aku merasa bahwa dalam sekejap aku sudah akan
mencapai kepuasan yang sejak lama aku dambakan. Namun apa yang terjadi, tiba
tiba saja aku rasakan ada cairan hangat menyembur nyembur dalam nonokku, rupanya
Rhoma sudah tak tahan lagi dan pejunya keluar.

Kucoba untuk meneruskan gerakanku agar supaya kenikmatanku segera tercapai,
tetapi sayang sekali kontol Rhoma sudah langsung loyo setelah memuntahkan
pejunya sehingga tidak lagi dapat bertahan dalam jepitan nonokku dan melejit
keluar. Aku menjerit marah dan memukuli badan Rhoma, karena rasa kecewaku yang
luar biasa, hanya dalam hitungan 1,2,3 saja sebenarnya aku sudah akan terpuaskan,
tetapi Rhoma benar benar lemah sehingga tidak dapat menunggu. Rhoma hanya
menunduk lesu melihat kekecewaanku itu, dia diam diam keluar dari kamar dan
pergi mandi. Aku menangis sejadi jadinya tanpa mengerti harus berbuat apa, yang
kuinginkan hanyalah sebuah kontol yang segar dan mampu membuat nonokku jadi
terpuaskan, mengapa aku harus mempunyai suami yang tak sanggup memuaskan aku,
padahal sebagai perempuan muda, nafsuku sangat besar dan untuk berbuat serong
aku belum berani…………………

Aku selalu berusaha agar Rhoma berhasil memuaskan diriku, semua cara sudah
kupakai, mulai dari membiarkan Rhoma merangsang aku dan begitu aku merasa hampir
mencapai puncak maka aku memaksa Rhoma agar memasukkan kontolnya ke dalam
nonokku sampai yang paling sadis aku memperkosa Rhoma agar bisa memuaskan aku.
Semuanya tak ada yang berhasil, bahkan Rhoma jadi marah marah setiap kali aku
memaksanya untuk bersetubuh.

Suatu hari Rhoma pulang dari bepergian sambil tersenyum senyum, aku jadi heran
karena tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Ketika aku menanyakan, dia hanya
bilang kalau sekarang dia pasti bisa membuat aku puas. Aku jadi ingin tahu apa
yang membuat dia begitu yakin dapat memuaskan aku padahal biasanya lemas seperti
tahu.

Ketika kuikuti langkahnya ke kamar, Rhoma mengeluarkan suatu benda panjang dan
langsung disodorkan padaku, ketika kupegang benda itu, barulah aku sadar bahwa
itu adalah kontol palsu dibuat dari karet. Aku langsung menelan ludah sendiri
ketika memperhatikan barang tersebut. Panjangnya sekitar 30 cm dengan lingkar
sekitar 5 cm warnanya agak pucat tetapi persis seperti kontol yang asli, bahkan
kalau dibandingkan dengan kepunyaan Rhoma, maka kontol palsu ini jauh lebih
meyakinkan. Meskipun sebenarnya aku mengerti fungsi benda ini, tetapi aku pura
pura tidak mengerti, bahkan aku bertanya apa gunanya benda tersebut. Rhoma tak
menjawab, malahan ia segera melepas dasterku sehingga aku jadi telanjang bulat,
Rhoma sendiri tidak membuka pakaiannya, tetapi ia merebahkan aku ditempat tidur
serta menggosok gosok itilku agar aku terangsang. Aku memejamkan mata merasakan
jari kasap Rhoma yang menggosok itilku itu. Mestinya aku langsung basah
merasakan rangsangan Rhoma ini, karena saat itulah kurasakan kontol karet tadi
oleh Rhoma diselipkan diantara bibir nonokku dan kemudian pelan pelan ditekannya
kedalam, aku menggeliat geli karena barang ini benar benar membuat liang nonokku
jadi tergesek dengan sempurna. Rhoma terus menekankan kontol palsu itu ke dalam
nonokku pelahan lahan sampai mengenai dasar rahimku, Rhoma langsung berhenti.

Dia lalu memutar mutar kontol karet itu serta mengeluar masukkan di dalam
liangku itu. Aku merintih geli dan keenakan karena sudah beberapa lama
kenikmatan seperti ini tak pernah aku dapat. Memang rasanya hambar, karena tanpa
pelukan mesra dan kehangatan tubuh Rhoma yang menempel lembut di seluruh tubuhku
sehingga mulai dari susu sampai ujung kaki semuanya bersentuhan. Namun rasa geli
yang ditimbulkan oleh gerakan tangan Rhoma membuat aku menggelinjang keenakan,
mataku terpejam rapat karena rasa geli dan enak yang memenuhi seluruh alat
kelaminku mulai dari itil, bibir dan dinding nonok sampai juga di leher rahimku
semuanya terasa geli sehingga aku tak tahan lagi, tanpa sadar tanganku sudah
membantu Rhoma merojokkan kontol karet itu ke dalam nonokku sementara mulut
Rhoma juga asyik mengulum pentil susuku.

Aku tak menyangka kalau Rhoma bisa mempunyai pikiran untuk membeli barang
seperti ini, sehingga saat ini aku dapat merasakan kenikmatan yang luar biasa,
bahkan lebih hebat daripada saat saat kontol Rhoma masih tokcer dulu. Rasa geli
yang membuat nonokku jadi banjir dengan lendir kental ini sudah tak tertahankan
lagi, aku melenguh keras dan kujepit kontol karet itu dengan kedua pahaku ketika
kurasakan aku mengalami orgasme.

Ketika dilihatnya aku sudah lemas karena kepuasan, Rhoma mencabut kontol karet
itu dan berbisik, kalau saja aku kepengen maka sebaiknya aku pakai alat itu, dia
nggak keberatan. Aku tak menyahut, karena saat itu aku barulah merasa malu,
entah bagaimana sikapku tadi ketika mencapai puncak kenikmatan. Tetapi aku tak
perduli lagi, tokh yang menyuruh Rhoma sendiri.

Sambil tiduran, aku sempat berpikir mana yang paling nikmat, bersetubuh dengan
Rhoma, dijilati oleh Rhoma atau main dengan kontol karet itu. Aku merasa bahwa
yang paling nikmat adalah dijilati, karena rasa gelinya membuat tubuhku jadi
menggelepar gelepar seperti ikan yang jatuh kedarat. Kedua barulah main pakai
kontol karet itu, tetapi aku juga bertanya dalam hatiku, bagaimana rasanya main
dengan laki laki yang mampu bertahan lama dalam bersetubuh, pasti aku akan
menemukan kenikmatan yang luar biasa, karena pada saat mencapai puncaknya, pasti
kami sama sama akan beringas.

Meskipun aku sudah lebih menikmati kepuasan seks dengan kontol karet itu, tetapi
hubunganku dengan Rhoma tetap saja hambar, karena di mataku Rhoma makin hari
makin bertambah seenaknya sendiri, entah karena dia mengalami stress atau
bagaimana, tetapi yang jelas, makin hari Rhoma makin ngawur dan tak bertanggung
jawab baik dalam hal keuangan maupun dalam hal keluarga. Aku sendiri dengan
keadaan ekonomi orang tuaku yang kaya, aku tak pernah perduli dengan kelakuan
Rhoma itu, aku mampu membiayai hidupku dengan uang orang tuaku serta juga dengan
bisnisku sendiri, meskipun Rhoma selalu marah bila aku berdagang. Aku menyadari
juga bahwa memang berdagang bagi perempuan secantik dan semontok aku memang
berbahaya, karena banyak lelaki hidung belang yang selalu siap memangsa aku.
Untunglah selama ini aku dapat bertahan karena aku masih dapat menerima kepuasan
yang kudapat dari memuaskan diri sendiri, meskipun sejujurnya saja aku masih
mengharapkan kontol yang segar dan persetubuhan dengan laki laki yang perkasa
yang dapat membuat aku benar benar berteriak keenakan oleh cara mainnya yang
tangguh……………

Jikalau Achmad selalu mencurigai kalau aku berbuat serong dengan kenalanku dari
berdagang, kurasa itu tak keliru, karena mereka memang rata rata seringkali
menggoda aku meskipun aku tak pernah menganggapinya. Tetapi yang diluar dugaan
Rhoma dan sesungguhnya saja juga diluar dugaanku, justru teman dekat Rhoma
sendiri yang membuat ulah denganku…………………….

Rhoma mempunyai seorang kenalan yang berbisnis dengannya, aku juga kenal baik
dengan laki laki Cina ini, dia seringkali datang kerumah dan berbincang bincang
dengan Rhoma. Setiap kali ada kesempatan dia selalu mengajak aku berbicara,
bicaranya menyenangkan dan dia selalu bercerita tentang segala macam hal yang
aku senangi. Selama itu Rhoma tak pernah curiga karena bisnisnya dengan Rudy
nama si pria itu selalu sukses dan dia merasa banyak diberi keuntungan oleh Rudy,
sehingga malahan seringkali bila Rudy datang dan dia harus pergi, maka Rudy
selalu diajaknya, tetapi jikalau Rudy menolak, maka dibiarkannya Rudy tetap
dirumahku dan disuruhnya aku untuk menemaninya. Sifatku yang terbuka dan periang
menyebabkan pembicaraan kami selalu hidup dan menyenangkan, bahkan akhirnya kami
sering berbicara juga masalah seks. Aku sangat suka dengan cara Rudy berbicara,
karena setiap kali dia bercerita, nonokku jadi basah kuyup karena terangsang
mendengar ceritanya yang hebat hebat itu. Tetapi khusus yang satu ini aku tak
pernah bercerita pada Rhoma, kusimpan sendiri.

Saat itu aku baru saja menutup garasi setelah mengantar Rhoma keluar, aku
langsung bergegas mandi karena hari sudah agak siang. Didalam kamar mandi aku
melepas dasterku dan tanpa sengaja pandanganku menatap pada kaca besar yang
sengaja dipasang Rhoma dikamar mandi itu. Aku melihat tubuh telanjangku sendiri,
kulihat susuku yang montok menantang dengan pentilnya yang mencuat ke atas,
belum lagi jembutku yang rimbun di sela pahaku itu. Aku jadi bernafsu sendiri
karena membayangkan seandainya ada pria yang bersamaku di kamar mandi itu.
Ketika kurasa nonokku seperti terganjal, aku sadar bahwa itilku sudah mulai
membengkak, benar saja ketika aku menunduk dan menyibakkan jembutku, kulihat
itilku yang warnanya merah tua itu sudah muncul keluar dari celah lipatan bibir
nonokku. Pelan pelan kugosok itilku dengan jari, rasa geli yang kurasakan
membuat mataku terpejam menikmatinya. Badanku jadi gemetar karena sentuhan
jariku itu, memang belakangan ini hampir tak pernah aku bersetubuh dengan Rhoma
karena belakangan ini Rhoma sering sakit dan kondisi tubuhnya lemah, jikalau
dulu melihat aku telanjang saja dia sudah langsung terangsang meskipun kontolnya
agak impoten, tetapi belakangan ini meskipun aku telanjang dia tak bereaksi apa
apa. Jadi otomatis aku lebih banyak main sendiri demi untuk kepuasan nafsu
seksku yang menggebu gebu itu. Ketika rasa geli makin terasa, aku bersandar pada
tembok kamar mandi sementara tanganku yang kiri menguakkan lubang nonokku dan
jari tangan kananku makin cepat menggosok itil serta mengaduk aduk liang nonokku,
saat itulah kudengar teleponku berdering. Aku kaget sekali, kuhentikan gosokan
nikmat itu , dalam hati aku mengumpat karena sedang asyik asyiknya kok telepon
berdering. Karena tak juga berhenti dering telepon itu, dengan telanjang bulat
aku keluar dari kamar mandi dan mengangkat telepon itu. Aku mengomel panjang
pendek ketika kuketahui telepon itu datangnya dari Rudy, dia tertawa terkekeh
ketika kuberitahu bahwa saat itu aku sedang mandi. Dia bertanya apakah aku
telanjang bulat, ketika kuiyakan ia berkata lagi, sayang teleponnya tidak
bervideo, kalau tidak tentu sudah dapat melihat ketelanjanganku itu. Aku tertawa
ketika ia berkata bahwa tadi ia melihat mobil Rhoma meluncur ke arah Surabaya,
sehingga ia menelepon aku dari jalan. Ketika kupastikan bahwa aku di rumah
sendirian, Rudy menyatakan kalau dia akan ke rumahku. Aku mengiakan dan kembali
aku masuk ke kamar mandi, rencanaku untuk memuaskan diri jadi buyar karena
telepon Rudy tadi, tetapi aku justru menmbayangkan hal yang lain lagi,
seandainya saja Rudy mengajakku main, apakah aku diam saja, tokh di rumahku sepi…………..

Baru saja aku keluar dari kamar mandi kudengar ketukan di pintu depan, pasti itu
Rudy, aku sedikit heran kok begitu cepat dia sampai di rumahku, tetapi aku
menduga kalau dia tadi menelpon mempergunakan hand phone, sehingga langsung
meluncur ke rumahku. Aku agak berpikir, apakah aku langsung membukakan pintu
ataukah aku berganti pakaian dulu, karena saat itu seperti biasanya aku sama
sekali tak memakai pakaian dalam serta daster yang aku pakai agak tipis sehingga
pasti Rudy dapat melihat benda benda rahasia milikku. Karena ketukan dipintu
semakin keras aku memutuskan untuk cuek saja, jadi aku langsung ke pintu dan
membukanya, Rudy sambil cengar cengir berdiri didepan pintu, tanpa kupersilahkan
dia sudah menerobos masuk dan berdiri disampingku sambil memperhatikanku.
Matanya berpindah pindah menatap susuku dan ke selangkanganku yang ada dibalik
daster tipisku. Aku jadi agak malu, jadi kupersilahkan dia untuk duduk dulu dan
aku langsung masuk menuju kamarku untuk berganti pakaian. Selintasan kulihat
kontol Rudy sudah ngaceng melihatku, karena tampak dari celananya yang
menggembung di bagian depan itu. Seperti yang sudah kuduga, ketika aku masuk
kekamar, Rudy pun mengikutiku ke kamar, hanya saja ia cuma berdiri di depan
pintu sambil berkata, “Kenapa mesti ganti, kan selama ini kamu kan memangnya
nggak pernah pakai celana, kok sekarang malah mau ganti pakaian. Aku tersenyum
malu, tapi aku berkata, “Rud, sana duduk dulu, aku mau ganti ya, nanti kita
omong omong lagi yang sip !” Tapi Rudy diam saja malah katanya, ” Kalau mau
ganti ya ganti saja, biar aku lihat dari sini, apa bedanya Madura dan Cina !”

Aku berdebar debar melihat kenekadan Rudy ini, karena memang sebenarnya aku juga
suka dengan Rudy, maka dengan membelakangi Rudy aku melepas dasterku, karena
memang aku tak memakai apapun di sebelah dalam, maka otomatis saat itu aku
telanjang bulat. Ketika aku membuka lemari pakaianku, tiba tiba kurasakan Rudy
memelukku dari belakang, kedua tangannya langsung meremas susuku dengan lembut
sementara bibirnya menciumi leherku dari belakang. Aku mencoba untuk memberontak,
tetapi tangan Rudy lebih kuat memelukku, bahkan justru dengan gerakanku itu,
pantatku menyentuh benjolan kontolnya yang sudah ngaceng itu. Aku mencoba untuk
melarang Rudy dan mendorong tubuhnya, tetapi Rudy sepertinya melekat
dipunggungku, bahkan sekarang tangannya yang satu mulai merambah ke bukit
nonokku dan mengusap ngusap jembutku yang lebat itu. Sambil berbisik Rudy
berkata di telingaku “Aku sudah lama rindu kepengen meraba jembutmu yang lebat
ini, baru sekarang berhasil lho !” Rangsangan Rudy pada susuku benar benar
membuat nafsuku jadi naik, karena cara Rudy merangsangku sangat halus dan kalem
sekali, tangannya dengan lembut memilin puting susuku sementara tangannya yang
satu berusaha menyelipkan jarinya di liang nonokku dan yang paling membuat aku
lemas adalah ciuman dan jilatan jilatan Rudy pada leher serta daun telingaku.
Benar benar luar biasa, teknik mencumbuku sangat berbeda dengan Rhoma yang kasar
itu. Aku benar benar tak tahan dengan semua ini, tubuhku kusandarkan sepenuhnya
kebadan Rudy sambil berbisik “Rud aku takut kalau ketahuan tetangga lho !”
Tetapi Rudy yang mungkin juga sudah kesetanan tak perduli, malah aku didorongnya
ke tempat tidur dan didorongnya aku ke atas tempat tidur, karena masih malu aku
tak mau terlentang, tetapi aku terus saja telungkup dan menempelkan mukaku
keatas kasur.

Rudy tak perduli meskipun aku tak mau terlentang, dia terus menciumi punggungku
mulai dari leher turun terus menyusuri pingganggu, kemudian ia bahkan menggigit
pelan pelan pantatku yang montok itu dengan gigitan mesra. Rasanya aku sudah
ingin menjerit minta disetubuhi saja, karena meskipun nonokku sama sekali belum
disentuh, tetapi cumbuan Rudy sudah membuat aku banjir nggak karu karuan.
Rasanya seluruh tubuhku jadi membengkak dan mukaku terasa panas sekali, apalagi
ketika Rudy menguakkan pantatku dari belakang dan di luar dugaanku, lidahnya
yang hangat itu mulai menjilati lubang duburku yang juga ditumbuhi rambut rambut
halus yang cukup banyak itu , aku menjerit kecil merasakan kenikmatan ini. Benar
benar nikmat, rasa geli dan gatal yang ditimbulkan oleh gesekan lidah Rudy yang
kasap itu, rasanya dunia sudah berputar putar. Aku mandah saja ketika Rudy
mendorong tubuhku sehingga sekarang aku terlentang, tak ada sedikitpun usahaku
untuk menutupi tubuhku, kubiarkan Rudy menyaksikan tubuhku yang hanya pernah
dilihat Rhoma itu, kubiarkan dia memperlakukannya sesuka hati, aku sudah pasrah
dan menanti puncak dari kenikmatan ini.

Ketika kulirik, ternyata Rudy sedang melepas pakaiannya sendiri sehinga
telanjang bulat, kontolnya tak sebesar punya Rhoma tetapi benar benar kaku dan
mendongak keatas, warnanya coklat dan ujungnya merah tua menunjukkan kalau
nafsunya juga sudah memuncak. Aku menduga Rudy akan langsung memasukkan
kontolnya seperti kebiasaan Rhoma selama ini, sehingga ketika ia mendekatiku aku
langsung merenggangkan pahaku agar ia mudah memasukkan kontolnya itu. tetapi
dugaanku salah, ia justru menindihiku dan mencium bibirku dengan mesra,
kurasakan lidahnya menyelusuri bibirku serta menggigit bibirku dengan lembut.
Tanpa sadar aku telah memeluk Rudy dan menekan dadanya kedadaku, tangan Rudy
yang masih bebas dengan penuh keahlian meremas remas susuku itu dan memilin
pentilnya, lalu ia mengangkat tangan kiriku ke atas kepala sehingga kini
tampaklah bulu bulu ketiakku yang sangat lebat dan berwarna hitam pekat itu.
Melihat itu ia berkata ‘Lebat sekali bulu ketiakmu ini, aku sangat suka dengan
wanita yang memiliki bulu ketiak yang lebat !’ Lalu dengan rakusnya Rudy mulai
menciumi dan menarik narik bulu bulu ketiakku ini dengan bibirnya dengan
gemasnya.

Ketika Rudy berbisik agar aku memegang kontolnya, segera aku menurunkan tanganku
dan langsung menggenggam kontol Rudy. Terasa begitu hangat dan hidup kontol Rudy
itu, tanganku dengan gemas meremasnya sehingga kadang kadang Rudy terjengit
karena sakit. Ketika Rudy mengulum putingku, aku benar benar tak tahan, dengan
suara serak kuminta Rudy agar segera memasukkan kontolnya itu. Rudy benar benar
seorang penurut, tanpa menyuruh dua kali, ia langsung kembali menindihku dan
mengarahkan kontolnya ke liang nonokku. Sekali tekan kontolnya yang sebenarnya
saja bukan ukuranku langsung amblas ke dalam liang nonokku. Sejujurnya saja aku
saat itu tak merasakan sama sekali geseran kontol Rudy di liang nonokku, tetapi
diluar dugaanku, Rudy benar benar jagoan ! Dengan gerakan gerakan yang ritmis
dia mulai menusukkan kontolnya ke liangku, tetapi dia tidak melakukannya secara
lurus melainkan justru dia menusuknya menyamping sehingga ujung kontolnya
menabrak dinding nonokku yang peka itu. Aku jadi kelojotan oleh gerakan Rudy ini,
tak kusangka meskipun kontolnya termasuk kecil bagi seorang perempuan Madura
sepertiku, tetapi cara mainnya benar benar luar biasa ! Aku jadi merintih rintih
oleh permainan Rudy, bahkan kadang kadang ia mencabut kontolnya dan dengan cara
dipegang ia menggeser geserkan ujung kontolnya ke itilku, setelah agak lama
langsung ditusukkan sehingga kontolnya masuk lagi. Tak tahan dengan semua ini,
aku mencakar cakar, entah apa yang kucakar tetapi yang pasti saat itu aku
memuntahkan semua kerinduanku akan kontol yang sejati sehingga aku berkelojotan
menumpahkan semua rasa nikmat yang terkumpul di nonokku itu. Entah berapa kali
aku mencapai kepuasan, tetapi Rudy masih tetap tangguh merojokkan kontolnya yang
tetap perkasa itu. Badanku rasanya sangat enteng, aku tak tahan dengan semuanya
ini, aku meminta Rudy agar berhenti dengan semua ini. Badanku benar benar lemas,
kucoba untuk mendorong Rudy dari atas badanku. Rupanya Rudy benar benar seorang
yang penurut, ia mencabut kontolnya dan berbaring di sampingku.

Kudengar nafasnya mendesah desah seperti orang bekerja keras, ketika kuraba
kontolnya, ternyata masih kaku ….. Rudy berbisik ketelingaku, “Ayo dilanjutkan,
aku masih belum keluar lho ! ” Aku tak sanggup untuk menjawab, aku hanya
menggelengkan kepalaku. Rudy tersenyum melihat aku tergeletak lemas ini, dia
malahan mendekatkan bibirnya ke nonokku yang basah kuyup dengan lendir dari
nonokku sendiri itu, tanpa ragu ia menjilati cairan lendir yang mengalir dari
nonokku itu dan menelannya. Bahkan ia sepertinya ingin mengeluarkan semua lendir
itu sampai yang ada didalam nonokku dan ditelannya semua. Aku benar benar kagum
dengan Rudy, suamiku benar benar tak ada artinya dibandingkan dia ini. Rasa geli
yang ditimbulkan oleh jilatan Rudy membuat aku mulai terangsang lagi, namun aku
masih ingin mengumpulkan kekuatan dulu, aku jadi merasa malu dengan Rudy karena
seolah olah aku ini perempuan yang hiper seks, karena begitu mudah dikalahkan
oleh dia. Aku ingin membalasnya dan membuat Rudy juga mengakui kehebatanku !

Begitu aku merasa segar, aku segera bangkit dari tidurku dan langsung kugenggam
kontol Rudy serta kutuntun kemulutku, kuhisap kontol Rudy sampai habis dan
kubiarkan tetap didalam mulutku sambil kukenyot kenyot seperti permen. Rudy
merintih rintih keenakan, tangannya menjambak rambutku seolah olah ia ingin agar
aku melepaskan hisapan itu, tetapi aku tak mau, malahan kugelitik pelirnya
dengan jariku dan kuselipkan jariku di liang duburnya. Rudy menggerak gerakkan
pantatnya ingin lepas dari rangsanganku, dia benar benar tak tahan geli ” Jangan,
aku tak tahan geli, nanti malah nggak ngaceng ! Aku tertawa mendengar kata
katanya itu, ketika kulepaskan hisapanku, aku langsung mengangkangi

Rudy dan menyelipkan kontolnya diantara kedua pahaku, sekali tekan kontolnya
amblas ditelan nonokku. Kuputar putar pantatku untuk membuat kontol Rudy merasa
enak, tetapi yang terjadi justru aku yang kegelian sendiri, kontol Rudy benar
benar enak. Tak tahan dengan semua ini, aku merebahkan badanku di sampingnya
sehingga kontolnya kembali bebas. Rudy membalikkan badanku sehingga tengkurap,
kurasakan ia menguakkan pahaku dari belakang, dan sebelum aku menyadari apa yang
akan dilakukannya, kurasakan kontolnya sudah menerobos nonokku dari belakang.
Sekali ini aku merasa kontol Rudy menyenggol liang rahimku yang paling dalam,
gerakan Rudy yang berputar mebuat aku makin geli, kuputar juga pantatku
berlawanan arah dengan gerakan Rudy, kali ini aku menemukan kelemahan Rudy,
karena begitu aku memutar pantatku, Rudy langsung melenguh dan kurasakan pejunya
yang hangat menyembur memenuhi dinding dinding nonokku itu. Rasa hangat pejunya
membuat aku juga tak tahan lagi, akupun memuntahkan cairan kenikmatanku entah
untuk yang keberapa kalinya, aku merasa kembali lemas.

Badanku dan badan Rudy penuh dengan keringat begitu juga dengan sprei tempat
kami bersetubuh basah kuyup dengan keringat dan juga dengan cairan dari kemaluan
kami. Sambil tetap mengangkang aku tertidur lelap sekali, Rudy juga tertidur
sambil merebahkan kepalanya disusuku. Aku

tak pernah melupakan hari itu, inilah pertama kalinya aku bersetubuh habis
habisan sampai bukan sekedar puas bahkan sampai hampir pingsan. Aku terus
menciumi Rudy dengan penuh kelegaan, kuremas remas rambutnya . Memang rupanya
Rudy ditakdirkan untuk menjadi pemuas nafsuku yang selalu bergejolak itu, karena
dari omongan Rudy aku berkesimpulan bahwa dia itu hyperseks, isterinya sendiri
sampai minta ampun jika harus main dengan dia, karena kuatnya luar biasa. Dia
mengatakan bahwa dengan aku dia menemukan lawan tanding yang betul betul
seimbang. Aku dan Rudy sepakat untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk
bersetubuh terutama kalau Rhoma pergi. Aku sudah membayangkan bahwa setelah ini
hari hariku tak akan lagi hambar tetapi akan menjadi menyenangkan karena Rudy
akan mengisi kekosonganku dengan kontolnya yang ampuh itu.

Rhoma benar benar tak pernah curiga dengan Rudy yang selalu meniduri aku itu,
padahal setiap kali Rhoma pergi aku selalu menelepon Rudy agar datang ke rumah,
dan Rudy selalu memenuhi undanganku itu, bahkan seringkali juga aku yang datang
ke rumah Rudy bilamana isterinya sedang pergi. Yang paling edan, pernah juga
ketika Rhoma sedang sakit dikamar, aku dan Rudy main di kamar tamu tanpa
dicurigai Rhoma. Aku selalu menghindari kecurigaan Rhoma dengan berbicara
secukupnya dengan Rudy. Suatu kali hampir saja aku ketahuan kalau barusan main
dengan Rudy. Ceritanya sore itu aku main dengan Rudy yang katanya baru datang
dari Surabaya dan mampir ke rumahku, kebetulan anak anakku sedang pergi les jadi
aku bisa melayaninya. Selesai main satu kali, Rudy cepat cepat minta pulang,
bahkan ia tak sempat mencuci kontolnya yang masih berlepotan lendir itu, begitu
juga denganku. Ketika Rhoma pulang, dia kok mendadak saja memelukku serta meraba
nonokku yang tak pakai celana dalam itu. Dengan agak curiga dia bertanya kok
kepunyaanku basah kuyup, dengan menahan perasaanku yang agak ketakutan kukatakan
saja kalau aku barusan main sendiri ketika ia datang. Untunglah Rhoma tak
berminat untuk membantu aku memuaskan diriku sendiri, dia malahan terangsang
dengan ceritaku dan langsung menyetubuhi aku diatas meja makan, kontolnya yang
agak lemas itu dengan mudah ditelan nonokku. Dengan napas mendesah desah Rhoma
menusukkan kontolnya dan setelah beberapa kali dia sudah memuntahkan pejunya.
Aku bergaya agak marah karena dia lagi lagi tak berkutik menghadapi nonokku. Dan
seperti biasanya juga Rhoma tak memperdulikan kekecewaanku itu. Dalam hati aku
berpikir kalau Rhoma itu pria yang sangat goblok, masakan tak merasa kalau
isterinya barusan dipakai oleh orang lain.

Bagiku kontol Rudy sangat memuaskan tetapi ternyata bukan Rudy satu satunya yang
dapat memuaskan aku, karena ternyata banyak pengalamanku yang lain kudapat bukan
dari Rudy saja. O.K., apakah kalian siap ? Kita teruskan ceritaku dengan
pengalaman pengalamanku yang lain ya !

Aku punya seorang teman perempuan yang bernama Tina, sebenarnya dia sudah
kukenal sejak aku duduk di bangku SMA, dia adalah kakak kelasku. Yang selalu
kuingat dari Mbak Tina ini adalah wajahnya yang sangat cantik dan punya banyak
penggemar di kalangan pelajar di sekolahku. Ketika dia lulus SMA, aku tak pernah
lagi mendengar kabar beritanya lagi. Kejutan yang kudapat adalah ketika aku
berbelanja di sebuah supermarket, seorang ibu yang berdandan rapi sekali
menyapaku dengan menepuk pundakku ” Fatimah kan ?, lupa sama aku ya !” Aku
menerima uluran tangannya sambil berusaha mengingat ingat wajah cantik yang ada
di depanku itu ! Melihat aku yang kebingungan, wanita itu spontan menjelaskan :
“Aku Tina, dari SMA I, masak lupa !” Aku langsung menjerit kecil dan kupeluk dia,
Ketika kutanya kok dia bisa muncul di kotaku, dia menjawab kalau dia sedang ada
tugas dari kantornya, dengan gembira dia menarikku masuk ke sebuah rumah makan
yang ada di supermarket. Hampir satu jam kami bercakap cakap mengoyak masa lalu,
karena meskipun dia sekelas di atasku, tetapi karena aku termasuk cewek cakep
juga di sekolah, maka dia seringkali berteman denganku. Mbak Tina menanyakan
berapa anakku, suamiku kerja dimana dan lain sebagainya, tetapi ketika kutanya
mengenai dirinya, dia hanya tertawa saja dan berkata kalau dalam satu dua hari
ini dia akan mengunjungi aku. Dalam perjalanan pulang ke rumah aku terus
teringat pada Mbak Tina, si cantik yang dulu begitu langsing dan putih, saat
inipun tubuhnya boleh dikata tidak berubah bahkan kelihatan lebih segar karena
rupanya dia sukses dengan bisnisnya yang bergerak dibidang perbankkan, di rumah
aku sempat bercerita pada Rhoma tentang Mbak Tina dan kukatakan juga kalau dia
akan berkunjung dalam waktu dekat ini.

Kedatangan Mbak Tina di rumahku benar benar suatu kegembiraan tersendiri bagi
keluargaku, meskipun dia belum pernah mengenal Rhoma suamiku, tetapi dia
memberinya hadiah begitu juga dengan kedua anakku. Untuk aku sendiri, Mbak Tina
memberiku sebuah kalung mutiara yang amat indah. Rhoma juga ikut bergembira, dia
juga ikut menemui Mbak Tina dan banyak berbicara juga, Mbak Tina kelihatan
sangat menyukai Rhoma, dia banyak berjanji akan membantu Rhoma dengan
pekerjaannya. Lama Mbak Tina di rumahku, tak kuduga Mbak Tina mengajakku untuk
pergi ke hotelnya, katanya masih kepengen berbicara banyak denganku, Rhoma tak
keberatan sama sekali, karena itu aku segera berganti pakaian dan langsung ikut
dengan mobil Mbak Tina, sebuah Mercedes 320 yang masih baru, katanya milik
kantor cabang yang di kotaku.

Mbak Tina menempati sebuah suite room yang besar dan mewah, aku langsung duduk
di sofa sambil menikmati keindahan kamar hotel kelas satu di kotaku ini. Mbak
Tina sendiri langsung berganti pakaian, sambil terus menerus bercerita panjang
lebar. Entah mengapa hatiku jadi berdebar ketika melihat mbak Tina begitu bebas
membuka pakaiannya di depanku, aku memandang susunya yang berlapis beha serta
selangkangannya yang hanya memakai celana dalam yang sangat kecil sehingga tak
dapat menutupi kerimbunan jembutnya. Dengan hanya memakai beha dan celana dalam
saja, Mbak Tina bercerita segala macam kepadaku sampai akhirnya dia masuk
kekamar mandi. Aku melihat televisi sendirian sambil membayangkan Mbak Tina yang
begitu cantik dengan tubuh yang sangat ideal sekali, karena bagiku yang
berpostur tinggi besar ini, adalah suatu kegembiraan bila bisa memiliki tubuh
seperti Mbak Tina. Tinggi, langsing tetapi padat dan berisi, benar benar menarik,
susunya bulat dan mengkal dan tak sedikitpun kendur, pantatnya besar dengan
perut yang rata, kalau masalah jembut, mungkin sama dengan kepunyaanku yang
lebat, hanya saja Mbak Tina rupanya tak pernah mencukur jembutnya sehingga
semrawut keluar semua dari balik celana dalamnya yang ukuran mini itu. Aku
membayangkan tentu suaminya puas menghadapi Mbak Tina ini, tetapi aku juga
berpikir lagi, kok tega suaminya membiarkan Mbak Tina bekerja sampai keluar kota
segala, bukankah mereka sudah kaya raya ? Belum sempat aku memikirkan jawabannya,
Mbak Tina sudah keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan kimono, wajahnya
segar sekali dan kelihatan makin cantik. Mbak Tina menyuruhku mandi karena dia
ingin mengajak aku untuk makan malam dibawah, ketika kukatakan bahwa aku nggak
membawa ganti, dia mengatakan kalau pakaian yang kupakai sudah bagus hanya
sebaiknya aku mandi saja dulu. Kuturuti saran Mbak Tina dengan bangkit berdiri
dan menuju kamar mandi, setelah kututup pintunya aku segera membuka pakaianku
sehingga akupun telanjang bulat.

Di depan kaca kamar mandi yang lebar itu, aku memandang tubuhku sendiri, begitu
berbeda dengan tubuh Mbak Tina yang langsing, tubuhku sangat montok dengan susu
yang besar, nonok yang mencembung ditutupi jembut yang begitu lebatnya, aku
membayangkan seandainya Mbak Tina berdiri di sampingku tentu akan tampak
pemandangan yang sangat kontras. Baru saja aku akan masuk ke bath up untuk mandi,
pintu kamar mandi diketuk oleh Mbak Tina, ketika kutanya dia menjawab “Biar
nggak terlalu lama, sekalian saja ia mengeringkan rambutnya !” Tanpa ragu ragu
aku segera membuka pintu kamar mandi dan membiarkan Mbak Tina masuk untuk
mengeringkan rambut dengan hair dryer yang ada di kamar mandi. Begitu di dalam
kamar mandi dan melihat tubuhku yang telanjang bulat itu, Mbak Tina tak henti
hentinya berdecak sambil berkata “Aduh Fatimah, badanmu bagus sekali ya, tak
kusangka kalau dadamu masih begitu kencang !” Matanya terus memandang tubuhku
dengan mata yang berbinar binar, aku hanya tertawa sambil menjawab kalau tubuh
Mbak Tina juga bagus. Diluar dugaanku, Mbak Tina bukan hanya berbicara, tetapi
tangannya juga ikut ikutan meraba badanku, bahkan dia juga meremas lembut
lenganku kemudian dia juga meraba susuku serta meremasnya. Aku agak terperangah
dengan kelakuan Mbak Tina ini, terasa geli ketika Mbak Tina menyentuh pentil
susuku yang peka itu. Dengan suara yang agak serak, Mbak Tina menyuruhku untuk
segera mandi, tetapi dia tak beranjak memandangku.

Ketika aku mulai menggosok badanku dengan sabun, Mbak Tina menawarkan untuk
membantu menggosok badanku. Dengan telaten dia menyabuni badanku, ketika Mbak
Tina menyabuni susuku, aku dibuatnya menggelinjang karena Mbak Tina bukan hanya
menggosok tetapi juga meremas dengan lembut, aku tertawa geli karena aku jadi
terangsang dengan remasannya, apalagi ketika tangan Mbak Tina mulai mengembara
ke selangkanganku, karena aku diam saja, maka tanpa sungkan Mbak Tina mulai
meremasi bukit nonokku bahkan menyelipkan jarinya ke dalam liang nonokku. Aku
jadi merintih dan mendorong jari Mbak Tina, karena rasanya benar benar aduhai
geli geli nikmat. Mbak Tina hanya tersenyum melihat sikapku itu, ia hanya
menyuruhku agar cepat menyelesaikan mandi. Aku segera mengeringkan badanku
dengan handuk dan bermaksud memakai kembali pakaianku, ternyata pakaianku tak
ada dikamar mandi, rupanya dibawa keluar oleh Mbak Tina. Ketika kutanyakan
dijawabnya karena dia kuatir kalau basah. Aku terpaksa keluar dari kamar mandi
dengan hanya memakai handuk saja, ketika itu kulihat Mbak Tina berbaring di
tempat tidur juga dalam keadaan telanjang bulat, pahanya agak terentang sehingga
menampakkan celah nonoknya yang merah kehitam hitaman, benar benar posisi yang
sangat merangsang sehingga aku yang seorang perempuan juga menelan ludah melihat
pemandangan yang menggiurkan itu. Aku sendiri tanpa sadar sudah melepaskan
handuk dan mulai mengambil celana dalamku yang tergeletak di dekat tempat tidur.

Saat itulah Mbak Tina bangkit dari berbaringnya serta menarik tubuhku yang polos
itu ke atas tempat tidur, dengan tanpa sungkan Mbak Tina mulai menciumi susuku
serta meraba raba nonokku. Aku menggelinjang geli disamping rasa aneh karena
merasa sama sama perempuan. Mbak Tina tak perduli dengan sikapku, ia terus
meremas remas tubuhku dengan penuh nafsu dan yang tak pernah kupikirkan, Mbak
Tina mulai menjilati nonokku, aku berusaha mendorong kepala Mbak Tina, tetapi
Mbak Tina rupanya sudah dikuasai nafsu sehingga usahaku tak berhasil. Aku merasa
risih dan juga geli bercampur nikmat, risih karena Mbak Tina sesama perempuan
berbeda dengan Rhoma atau Rudy yang lawan jenis, geli dan nikmat karena memang
jilatan lidah Mbak Tina terasa berbeda sekali dengan jilatan laki laki. Begitu
lembut tetapi sangat terasa nikmatnya, apalagi ketika Mbak Tina memusatkan
jilatannya pada ujung itilku yang peka itu, aku merintih rintih sambil
mengangkat angkat pantatku saking enaknya. Jilatan Mbak Tina terus berpindah
pindah, kadang kadang menggelitik bibir nonokku, kadang kadang masuk kedalam
liangnya, saking tak tahannya aku sampai terduduk diatas tempat tidur itu sambil
tanganku menekan kepala Mbak Tina agar makin terasa nikmatnya. Saat itu Mbak
Tina tiba tiba menghentikan jilatannya dan ia menerkamku sehingga aku kembali
terlentang diatas tempat tidur, dengan penuh nafsu ia mencium bibirku serta
menyodokkan lidahnya yang hangat ke dalam rongga mulutku, tanpa dikomando aku
sudah memeluk Mbak Tina dengan penuh nafsu juga, kulayani ciumannya yang hangat
itu, sementara tangan Mbak Tina terus meremas remas susuku. Ketika Mbak Tina
berbisik di telingaku agar aku juga menjilati nonoknya, tanpa disuruh dua kali
aku langsung menungging dan mulai menjilatinya, tetapi Mbak Tina merubah
posisiku sehingga sekarang posisi kami menjadi 69 seperti biasanya kalau aku dan
Rudy saling hisap.

Dengan posisi ini Mbak Tina yang ada di bawahku juga dapat aktif menjilati
nonokku, sementara aku sendiri sambil menahan rasa geli yang diberikan Mbak Tina
juga ikut menjilati nonoknya yang sudah basah karena menahan nafsu itu. Nonok
Mbak Tina berbau harum, ketika kupentang bibir nonoknya, itilnya yang kecil
menonjol keluar, kaku dan bulat seperti kacang. Ketika kujilati benda bulat itu,
Mbak Tina menjerit lirih, aku tak perduli kuteruskan menjilati itil yang sangat
peka itu. Namun bagaimanapun juga aku yang sudah sejak tadi dirangsang dengan
segala macam jilatan seorang ahli akhirnya tak dapat juga menahan rasa nikmat,
dengan melenguh keras aku mencapai orgasme. Melihat aku mencapai kepuasan itu,
Mbak Tina menekan pantatku agar nonokku makin menempel pada mulutnya. Aku tak
tahan dengan semua ini, tanpa kusadari badanku lemas dan menindih Mbak Tina yang
ada di bawahku dalam posisi 69. Mbak Tina diam saja, malahan dia memelukku erat
erat dan mengelus elus tubuhku.

Ketika dilihatnya aku sudah tenang kembali, Mbak Tina mendorong badanku sehingga
terguling ke sampingnya dan ia bangun untuk mengambil sesuatu dari tasnya,
ternyata yang dikeluarkan adalah kontol karet seperti kepunyaanku, tetapi ini
lebih menarik karena ujung kontolnya ada dua dan lebih besar batangnya. Dengan
tubuh yang penuh keringat badan Mbak Tina kelihatan seksi sekali, apalagi ketika
dia memasukkan ujung kontol yang satu ke dalam nonoknya, langsung nonoknya
merekah menampakkan itilnya yang seperti kacang itu, ketika Mbak Tina menggerak
gerakan kontol karet itu, nampak sekali kalau itilnya juga tergesek, karena
kulihat itilnya sampai melesak karena gosokan kontol karet itu. Mbak Tina
memejamkan mata sambil merojok kontol karet itu ke liang nonoknya dengan penuh
semangat, aku diam saja menyaksikan semua tingkah laku Mbak Tina ini, suatu saat
Mbak Tina berhenti dan dengan ujung kontol yang satu masih terbenam dalam
nonoknya, Mbak Tina mendekati nonokku yang terkuak lebar itu dan menekannya.
Karena panjangnya luar biasa, aku merintih ketika ujung kontol karet itu
menyenggol dasar rahimku dengan keras sekali. Tetapi ketika Mbak Tina memelukku
dan menyuruhku memutar mutar pantat sementara bibirnya dengan rakus menciumi
bibirku, aku jadi terangsang lagi. Rasa geli memenuhi rongga nonokku ketika
seluruh dinding nonokku dipadati dengan kontol karet itu, tetapi sebenarnya yang
sangat merangsang adalah ciuman Mbak Tina serta gesekan susunya pada susuku yang
membuat aku sekali lagi mencapai kepuasan. Aku tak tahu kapan Mbak Tina mencapai
kepuasannya, tetapi aku yakin Mbak Tina sudah mendapatkannya, karena ia
tersenyum ketika melihat aku mencapai kepuasan berkali kali, dengan lembut ia
menciumi dadaku yang penuh keringat serta menjilati pentil susuku. Aku benar
benar tak menyangka kalau aku akan mendapat kepuasan seperti ini, rasanya aku
bisa melupakan enaknya kontol yang asli untuk sesaat dikarenakan kepintaran Mbak
Tina memuaskan nafsuku.

Sambil berbaring telanjang bulat diatas tempat tidur, Mbak Tina bercerita
tentang kebiasaannya bermain seks dengan sesama wanita. Mbak Tina menyatakan
bahwa dia suka dengan wanita tetapi dia juga suka dengan pria. Tetapi
bagaimanapun juga katanya dia lebih suka dengan wanita, karena dengan wanita dia
punya rasa cinta tetapi pada pria dia hanya punya nafsu saja. Ketika Mbak Tina
bertanya kepadaku tentang Rhoma, kujawab sejujurnya bahwa Rhoma impoten dan aku
punya cowok lain yang mampu memuaskan aku. Mbak Tina tertawa dan tak percaya
kalau Rhoma itu impoten. Ketika aku bercerita tentang Rudy, Mbak Tina kembali
terangsang dan dengan terang terangan dia minta aku untuk menjilati nonoknya,
aku pun melakukannya sambil Mbak Tina juga aktif menggosok itilnya dengan jari,
sampai akhirnya kembali dia mencapai klimaks. Sekitar jam 10 malam barulah Mbak
Tina mengantar aku pulang, Rhoma tak curiga apapun padaku, malah dia yang
kerasan berlama lama menemani Mbak Tina berbincang di ruang tamu, akupun turut
menemani mereka berbicara. Mbak Tina kelihatan sangat senang berbicara dengan
Rhoma, pembicaraannya kadang kadang seronok sekali, akupun hanya ikut nimbrung
saja, karena aku kuatir kalau Rhoma curiga padaku. Tetapi kalau kuperhatikan
semua pembicaraan Mbak Tina tak sedikitpun yang berbau hubungan sejenis, malahan
Mbak Tina banyak bicara soal cowok yang ideal dan macam macam mengenai hubungan
seks antara pria dan wanita.

Entah karena kurang dilibatkan atau karena memang terlalu kerja keras ketika “main”
dengan Mbak Tina, aku jadi mengantuk dan berkali kali aku menguap. Mbak Tina
rupanya melihat kalau aku lelah, maka ia menyuruhku untuk tidur saja, sementara
dia masih betah berbicara dengan Rhoma. Aku mengiyakan dan meminta maaf lalu aku
segera masuk untuk tidur. Sambil berganti daster tidur, selintas terpikir olehku,
seandainya saja Rhoma tidak impoten, aku rela kalau Rhoma memberi kenikmatan
pada Mbak Tina, aku yakin kontol Rhoma lebih enak daripada kontol karet, dan
juga jilatan lidah Rhoma pasti akan membuat Mbak Tina kelabakan.

Entah berapa lama aku terlelap, namun ketika aku tersadar kulihat Rhoma masih
belum masuk kamarku sementara di luar juga sudah sepi. Dengan agak malas aku
duduk di tempat tidur, aku jadi bertanya tanya, apakah Mbak Tina belum pulang,
apalgi kok di depan sepi sekali. Namun ketika kudengarkan dengan cermat, sayup
sayup kudengar suara bisikan di luar. Hatiku jadi berdebar debar penuh ingin
tahu apa yang dilakukan Mbak Tina dan Rhoma, meskipun dalam hatiku aku ragu
kalau Rhoma mampu “main” dengan Mbak Tina, namun dalam hati aku tetap curiga
kalau di luar pasti ada sesuatu yang berkaitan dengan masalah seks.

Benar saja, ketika pelan pelan kubuka pintu kamar dan mengintip keluar, kulihat
Mbak Tina sedang menggenggam kontol Rhoma serta menghisapnya, yang membuat aku
terkejut sekali, ternyata kontol Rhoma bisa ngaceng sehingga tegak berdiri dan
besar sekali. Seumurku rasanya aku belum pernah melihat kontol Rhoma segagah ini,
saking panjangnya kontol Rhoma, ketika Mbak Tina mengulumnya, sepertinya hanya
kepalanya saja yang masuk ke dalam mulut sedangkan sebagian besar batangnya tak
muat dalam mulut Mbak Tina. Mbak Tina sendiri masih berpakaian lengkap sedangkan
Rhoma sudah melepas celananya hingga separuh telanjang. Saking asyiknya, mereka
tak mengetahui kalau aku keluar dari kamar dan beringsut ingsut mencari tempat
yang strategis untuk mengintai apa yang mereka lakukan. Hatiku berdebar debar
sementara nafsuku jadi memuncak melihat kerakusan Mbak Tina mengulum kontol
Rhoma itu. Aku bersembunyi di belakang bupet sehingga aku dapat melihat dengan
leluasa saat Rhoma mengejang ketika Mbak Tina menjilati batang kontolnya
kemudian berpindah menjilati buah pelir Rhoma, kurasakan nonokku menjadi basah
menyaksikan adegan yang super seram ini, tak kusangka bahwa Rhoma yang biasanya
impoten menghadapi aku sekarang bisa ngaceng segagah itu dihadapan Mbak Tina,
rasanya aku kepengen keluar dari persembunyianku dan langsung ikut menikmati
kontol Rhoma, tetapi hatiku masih menahan karena aku ingin melihat bagaimana
permainan Mbak Tina bila dengan laki laki.

Rhoma rupanya sudah tak tahan dengan jilatan serta kuluman Mbak Tina itu, ia
merengkuh Mbak Tina ke dadanya serta menarik celana panjang mMak Tina agar
supaya juga telanjang. Mbak Tina yang mengerti maksud Rhoma segera berdiri dan
melepas celana panjangnya sekaligus juga celana dalamnya. Melihat jembut mbak
Tina yang sangat lebat dan keriting itu, Rhoma yang aku ketahui gila nonok itu
langsung menerkam Mbak Tina dan mendudukkannya di sofa, tanpa sungkan Rhoma
langsung merentangkan paha Mbak Tina dan secepat itu pula wajah Rhoma tenggelam
diantara selangkangan Mbak Tina. Mbak Tina, menggeliat geliat karena jilatan
Rhoma itu, aku dapat membayangkan betapa enaknya itil yang dijilat oleh lidah
Rhoma yang kasar itu. Tangan Mbak Tina meremas remas kepala Rhoma serta
menekannya ke pangkal pahanya, tangan Rhoma menggapai gapai mencari susu Mbak
Tina yang masih memakai blouse itu, Mbak Tina segera membuka blousenya dan
melepas behanya sehingga Rhoma leluasa meremas remas susunya yang bulat mengkal
itu dan berputing merah kecoklatan serta sudah tegak mengacung pertanda Mbak
Tina sudah sangat terangsang. Mbak Tina yang rupanya masih kurang puas dengan
jilatan Rhoma, ia tampak menggunakan kedua tangannya untuk membentang bibir
nonoknya sehingga lidah Rhoma bisa makin dalam menyelusup ke dinding dalam
nonoknya yang sangat sensitif itu. Mbak Tina makin merintih rintih, sampai
akhirnya dengan suara serak dia minta pada Rhoma memasukkan barangnya itu. Rhoma
dengan sigap berdiri sementara Mbak Tina berbaring disofa dimana biasanya aku
juga pernah main dengan Rhoma juga dengan Rudy, kakinya yang satu dinaikkan
diatas sandaran kursi sedangkan yang satunya dipentang lebar dan naik ke atas
meja kaca.

Rhoma berlutut diantara paha Mbak Tina dan tangannya menggenggam kontolnya yang
seperti anak kucing itu serta menempatkannya diantara bibir nonok Mbak Tina,
dengan gerakan cepat Rhoma yang memang kasar itu menekan kontolnya memasuki
nonok Mbak Tina, dan begitu kontol itu amblas seluruhnya, Mbak Tina menjerit
lirih sambil menggigit pundak Rhoma. Kakinya yang tadi terentang lebar itu
sekarang menjepit pinggang Rhoma, Rhoma merojokkan kontolnya dengan keras sekali
seperti kebiasaannya, aku tak tahan melihat pantat Mbak Tina yang berputar cepat
mengimbangi tusukan kontol Rhoma sementara nafas mereka sama sama memburu, aku
yakin Mbak Tina sangat menikmati permainan seks ini, terbukti mereka sudah tak
memperdulikan keadaan sekelilingnya, padahal aku berada dekat sekali dengan
mereka. Tanpa kuduga, tiba tiba Mbak Tina menyuruh Rhoma untuk berhenti
menggerakkan pantatnya, ia meminta Rhoma untuk merubah posisinya. Sekarang Mbak
Tina menyuruh Rhoma untuk berbaring di sofa, karena tubuh Rhoma jangkung, maka
kakinya melengkung, karena sofanya kurang panjang, tapi kalau sudah nafsu naik
ke otak, mana mereka perduli, Mbak Tina langsung mengangkangi kontol Rhoma yang
seperti tiang besi, lurus panjang dengan ujungnya yang besar seperti jamur itu,
sekali menekan, Mbak Tina membuat kontol Rhoma amblas, langsung Mbak Tina tidak
mengangkat pantatnya lagi, tetapi dia justru memutar mutar pantatnya. Rhoma
menggeliat geliat, sementara Mbak Tina meremas remas sendiri susunya yang sudah
basah kuyup dengan keringat itu.

Aku tak tahan melihat semua ini, aku juga ingin menyelesaikan nafsuku yang naik
gara gara adegan seks ini, berindap indap aku kembali ke kamarku, kuambil kontol
karet kepunyaanku sendiri dan langsung kumasukkan kedalam liang nonokku. Sengaja
kugosokkan ke ujung itilku, karena disitulah pusat rangsangan seks yang aku
rasakan, aku menggigit bibirku ketika rasa geli merasuki tubuhku, kubayangkan
Rudy dan Mbak Tina bersama sama mencumbuku, yang satu menjilati nonokku sedang
Rudy menusukkan kontolnya sambil disenggol senggolkan ke dinding nonok, dalam
sekejap aku sudah merintih karena aku telah mencapai kepuasan.

Aku tak perduli dengan Rhoma dan Mbak Tina yang masih asyik di depan, itu urusan
besok, yang penting saat ini aku akan tidur, karena seharian tadi aku sudah
berkali kali memuntahkan cairan kenikmatan baik itu dengan Mbak Tina maupun yang
aku ikhtiarkan sendiri, yang pasti semua ini besok akan aku ceritakan pada Mbak
Tina, bukannya aku cemburu atau sakit hati, aku malahan senang kalau Mbak Tina
mampu membuat kontol Rhoma jadi ngaceng lagi, aku juga tak perduli kalau
nantinya dengan aku Rhoma kembali tak bisa ngaceng, yang penting, aku sudah tahu
belangnya, jadi dia jangan terlalu memaksakan kehendaknya padaku, aku juga boleh
mencari kebebasan serta kepuasanku sendiri……………..